Rabu, 06 Oktober 2010

Kunjungan 4 Reserse yang Mengagetkan

Rabu (6/10) pagi sekitar 06.25 WIB di depan rumah sudah menyanggong empat anak muda. Belum sempat saya mematikan mesin sepeda motor – selepas mengantar anak sekolah --, seorang dari mereka bertanya, “Apakah ini rumah Pak Zaenal?”
Tampaknya mereka sudah menyanggong beberapa lama di depan rumah saya.

“Iya,” jawab saya di atas sadel sepeda motor dengan segepok tanda tanya, “Ada apa?”
Dalam hati saya berkata, sepertinya ada masalah serius. 

Ketika mereka memasuki rumah, saya terus menatap satu per satu ekspresi wajah empat orang itu. Postur tubuh mereka juga saya amati. “Pasti ini bukan tamu biasa,” pikir saya.

Benar saja, ketika mereka duduk di ruang tamu, dari balik jaket jins seorang dari mereka tersembul ujung laras pistol berwarna silver. Reserse, rupanya.

“Saya dapat informasi Rustono (?) berada di rumah Pak Zaenal,” seorang dari mereka membuka percakapan di ruang tamu. Anak terkecil dan istri saya menemaniku.

Reserse itu mengatakan, Rustono (?) membawa kabur uang milik rumah makan di daerah Mlati, Kabupaten Sleman, D.I. Yogyakarta.

“Tidak pernah di rumah ini tinggal seseorang bernama Rustono (?). Tidak pernah pula di rumah ini berurusan dengan masalah kriminal. Astaghfirlullahhal adziim,” agak tersendat  saya mengucapkan kalimat pembelaan itu.

“Saya ini seorang pegawai, tepatnya wartawan Kantor Berita ANTARA. Mas-mas (saya memang memanggilnya begitu) pasti salah sasaran,” saya mencoba meyakinkan bahwa mereka salah sasaran.

Yang membuat saya agak gusar, seorang dari mereka berdiri bersandar di kusen pintu masuk rumah sambil merokok. Seolah siaga menghalangi bila sewaktu-waktu ada yang mau lari dari rumah. Posisi seperti itu juga kurang sopan, sepertinya penghuni rumah sedang didatangi "debt collector".

Tetapi, saya tidak perlu melakukan pembelaan lebih panjang lagi karena seorang dari mereka tiba-tiba mengatakan, “Bukan di rumah ini. Di Jalan Kelapa Sawit.” 
“Maaf, Pak. Maaf, Pak, Maaf, Pak…” kata mereka sambil berpamitan di jalan menuju mobil Xenia berpelat AB.

Saya tidak mau berbasa-basi dengan mengatakan, “Tidak apa-apa.”Juga istri saya. Betapa tersinggungnya kami, pagi-pagi sudah didatangi empat reserse.

Sepertinya, ini kecerobohan yang sulit dimaafkan, setidaknya untuk sementara waktu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar